Wednesday, November 16, 2011

DULU PERAMU BALSEM,SEKARANG JADI PENDIRI AQUAPROOF

KOMPAS.com - Keahlian
mencampur bahan-bahan
kimia yang dipelajari sejak
kecil membuat Herman
Moeliana sukses
menciptakan produk
inovatif Aquaproof. Produk
cat antibocor ini
menjadikannya berhasil
membangun perusahaan
manufaktur kimia sendiri.
Menuntaskan rasa
penasaran bisa menjadi
langkah awal ke tangga
sukses. Tidak percaya?
Herman Moeliana
membuktikannya.
Berawal dari kebutuhan, ia
sukses menciptakan produk
cat antibocor merek
Aquaproof. Meski saat ini
banyak produk serupa,
merek Aquaproof tetap
tertancap di benak
konsumen.
Pria berumur 66 tahun
lulusan Institut Teknologi
Bandung (ITB) ini membuat
cat antibocor untuk
menuntaskan rasa
penasaran saat
membetulkan atap
rumahnya di kawasan Roxy,
Jakarta Barat, yang bocor.
Herman sengaja tidak
memanggil tukang atau
mengganti atap lama itu
dengan atap baru. Ia
berusaha mengatasi
masalah dengan berinovasi
menggunakan beberapa
bahan kimia.
Langkah kecil itulah yang
menjadi awal kesuksesan
Herman. Kini, dengan
bendera PT Inter Aneka
Kimia Lestari, Herman
memiliki pabrik manufaktur
kimia seluas 600 hektare di
Tangerang dengan
kapasitas produksi 100 ton
sebulan.
"Awalnya, Aquaproof hanya
diproduksi 100 kilogram
(kg) sebulan. Kini, produksi
mencapai 2.000 ton
setahun," katanya.
Sayang, penggemar golf ini
enggan mengungkap
labanya. Jika ditelusuri
sejarahnya, ternyata,
Herman memang telah
mengenal beberapa bahan
kimia sejak kecil. Pada
umur delapan tahun,
Herman cilik sudah bisa
meramu bahan kimia
menjadi aneka produk,
seperti balsem dan minyak
rambut. Pria kelahiran
Bandung, Jawa Barat, tahun
1945 ini memang telah
membantu usaha ayahnya
sejak kecil.
"Orang tua punya toko
kebutuhan rumah tangga,
dari balsem hingga bahan
kue," katanya.
Sang ayah, yang cuma
lulusan SD, mengajarinya
meramu bahan-bahan yang
kebanyakan adalah ekstrak
tumbuh-tumbuhan. Karena
menyukai pekerjaan itu,
Herman jadi jatuh cinta
kepada bahan kimia. Ia
bertekad belajar bidang ini
dengan kuliah di jurusan
Teknik Kimia ITB meskipun
sebetulnya sang ayah
sempat melarang.
"Ayah menyuruh saya
bekerja di toko saja
lantaran tidak mampu
membekali saya kuliah,"
katanya.
Sadar akan kemampuan
keuangan keluarga,
Herman kuliah sembari
bekerja serabutan. Ia
pernah menjadi penjual
foto dan pembuat lencana.
Semua ia lakukan agar bisa
terus kuliah. Herman juga
mengisi hari-hari di sela
kuliahnya dengan bekerja
di toko ayahnya dan
bekerja sambilan lain.
"Setelah lulus, saya ingin
mencari bekerja di
perusahaan kimia
multinasional," kata kakek
lima cucu ini mengenang.
Jadi karyawan dan bos
Obsesinya kesampaian.
Pada 1972, Herman bekerja
di Imperial Chemical
Industries (ICI), sebuah
perusahaan asal Inggris.
Selama tiga tahun menjadi
tenaga penjual, ia pindah
ke perusahaan kimia asal
Jepang untuk menggali
lebih banyak ilmu.
Tetapi, tidak sampai enam
bulan, Herman
memutuskan pindah
lantaran merasa sudah
memiliki cukup modal
pengalaman dan relasi. Ia
ingin berwiraswasta.
Kebetulan, relasinya saat
bekerja di ICI mengajaknya
mendirikan perusahaan jual
beli kimia dengan nama
Linsi.
Sayang, perusahaan hasil
kongsi empat orang itu
hanya bertahan empat
tahun. Sebagai direktur
operasional, ia merasa
tujuan dan perspektif bisnis
para pendirinya tidak sama
lagi.
"Saya ingin tidak sekadar
trading barang," katanya.
Maka, pada 1980, dengan
modal Rp 50 juta, Herman
menggandeng tiga rekan
baru membangun United
Chemicals yang khusus
menggarap bisnis jual beli
bahan kimia dasar. Ia
menjadi pemilik sekaligus
tenaga pemasar.
"Karyawan saya cuma
delapan orang, termasuk
saya," katanya.
Ia sering membawa
kendaraan perusahaan
untuk menawarkan produk.
Tahun 1983 menjadi tahun
penting bagi Herman.
Dengan modal uang sendiri,
ia mendirikan PT Inter
Aneka Kimia Lestari.
"Ini pabrik manufaktur
kami yang pertama,"
katanya.
Perusahaan itu didirikan
karena ia ingin
mengembangkan bahan
dasar kimia menjadi bahan
yang langsung bisa
digunakan produsen atau
konsumen. Awalnya, Inter
Aneka dibentuk untuk
memproduksi cat antibocor
merek Aquaproof yang
ditemukan Herman. Ia
mengaku membuat
penelitian, percobaan,
hingga perakitan mesin cat
antibocor selama dua
tahun.
"Saya mencoba dengan
aspal, serat plastik, dan
sebagainya, hingga
akhirnya bisa menemukan
komposisi bahan yang pas,"
katanya.
Ayah tiga anak ini rela naik
turun genteng dan
menunggu turun hujan
untuk membuktikan
keberhasilan ciptaannya.
Kini, selain Aquaproof,
perusahaan Herman
memiliki puluhan produk
pendukung bahan bangunan
seperti pencampur semen
merek Supercement, nat
lantai atau keramik merek
Supergrout, dan cat pelapis
merek Hit Guard.
Ada pula beragam bahan
kimia lainnya seperti
pewarna plastik dan karet
pelapis. Sebagian besar
produk itu digunakan oleh
pabrik-pabrik pembuat
peralatan plastik, sepatu,
dan sikat gigi.
"Ke depan, saya ingin terus
menciptakan produk-
produk yang bisa digunakan
semakin banyak
masyarakat dan ramah
lingkungan," katanya. (Dian
Pitaloka Saraswati)

No comments:

Post a Comment